Harga Emas Akhirnya Tumbang Setelah Mencapai Puncak Tertinggi

SINDOTIMES.COM, JAKARTA – Harga emas akhirnya tumbang setelah mencetak rekor demi rekor. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang sangat tajam membuat emas tak berdaya.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (12/4/2024), harga emas ditutup di posisi US$ 2.343,43 per troy ons. Harganya ambruk 1,26%.

Bacaan Lainnya

Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 1,73% pada hari sebelumnya.
Harga emas sebenarnya berlari kencang pada awal dan tengah perdagangan pada Jumat kemarin. Emas bahkan sempat mencetak rekor baru intraday di US$ 2.429 per troy ons. Namun, dolar AS yang berlari kencang membuat emas terpental.

Sang logam mulia kemudian melemah dan mengakhiri perdagangan di level US$ 2.343.

Kendati melemah, emas masih tampil cemerlang pada pekan ini dengan menguat 0,6%. Artinya, emas sudah menguat selama empat pekan beruntun.

Harga emas juga sempat mencetak rekor tertinggi di penutupan sebanyak tiga kali yakni pada Senin, Selasa, dan Kamis pekan ini. Rekor harga penutupan masih di posisi US$ 2.373,24 per troy ons yang tercipta pada Kamis (11/4/2024).

Harga emas melemah kemarin setelah dolar AS menguat tajam. Indeks dolar terbang ke 106,038 pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 1 November 2023 atau lebih dari lima enam bulan terakhir.
Penguatan dolar AS membuat emas kurang menarik karena pembeli harus mengkonversi nilai tukar lebih tinggi sehingga lebih mahal.

Dolar kembali terbang karena pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) semakin menjauh.

Perangkat CME FedWatch Tool menunjukkan pelaku pasar kini hanya bertaruh 27,3% jika The Fed akan memangkas suku bunga di Juni. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan pada dua pekan lalu yang mencapai 60-70%.

Chris Gaffney, president of world markets dari EverBank, mengatakan pelemahan harga emas pada Jumat kemarin dipicu oleh kencangnya data-data ekonomi AS.
Inflasi AS di luar dugaan menanjak ke 3,5% (year on year/yoy) pada Maret 2024, dari 3,2% pada Februari 2024.
Inflasi inti – di luar makanan dan energi -stagnan di angka 3,8%.

Data tenaga kerja AS juga menunjukkan adanya penambahan 303.000 pada non-farm payrolls, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di angka 200.000.

“Emas sedikit melemah karena data-data ekonomi AS yang cenderung dinilai negatif oleh pasar. Ini adalah koreksi yang sehat di tengah tren pasar yang sangat bullish. Namun, ke depan emas masih akan naik,” ujarnya kepada Reuters.

Goldman Sachs memperkirakan harga ema akan melonjak ke US$ 2.700 dalam beberapa waktu ke depan.

Analis dari Kitco Metals, Jim Wyckoff, menjelaskan harga emas masih bertahan tinggi di tengah gempuran kenaikan dolar AS karena ditopang ketidakpastian geopolitik. Jika tidak ada ketegangan geopolitik maka emas bisa turun semakin dalam.

“Dolar AS menguat tetapi harga emas masih tinggi. Hal ini mengindikasikan adanya permintaan emas yang tinggi untuk safe-haven,” tutur Wyckoff, kepada Reuters.

Seperti diketahui, AS dan sekutunya mengkhawatirkan Iran akan menyerang balik Israel asal penyerangan dan kerusakan konsulat mereka di Damaskus, Syria.
Sebelumnya Israel menyerang konsulat Iran di Damaskus Suriah, awal April. Sebanyak 11 orang tewas termasuk tiga jenderal Garda Revolusi Iran (IRGC) di antaranya Mohammed Reza Zahedi dan Mohammad Hadi Haji Rahimi. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *